Revolusi Mental Diri? Prinsip Cogito Ergo Sum aja

waktu baca 4 menit
Kamis, 13 Jun 2024 12:06 0 131 Redaksi

Your Ads here

Suarasantri.id

Pernahkah kamu bertanya-tanya tentang keberadaan diri sendiri? Apa yang nyata dan apa yang tidak? Di tengah lautan keraguan dan pertanyaan, Rene Descartes yang juga dikenal sebagai Renatus Cartesius yang merupakan seorang filsuf dan matematikawan asal Prancis yang dikenal sebagai bapak filsafat modern dan pendiri matematika analitik muncul dengan jawaban yang berani yaitu  “Cogito Ergo Sum.”.

Apa  itu Cogito Ergo Sum ?

Cogito Ergo Sum merupakan kalimat ikonik dan bukan hanya kata-kata mutiara,  tetapi merupakan batu loncatan dalam sejarah filsafat yang diutarakan oleh Descartes. Cogito Ergo Sum yang artinya adalah: “Aku Berpikir Maka Aku Ada” dengan maksud membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri yang bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri. Kalimat ini lahir dari keraguan mendalam Descartes terhadap segala sesuatu, ia memulai perjalanannya mencari kebenaran yang tak tergoyahkan.

Bayangkan, Descartes terperangkap dalam pusaran keraguan. Dia mempertanyakan keberadaan dunia luar, indranya, bahkan tubuhnya sendiri. Segala sesuatu tampak rapuh dan mudah diragukan. Namun, di tengah kebingungan ini, dia menemukan satu hal yang pasti: kemampuannya untuk berpikir. Descartes menyadari bahwa meskipun dia meragukan segalanya, dia tidak dapat meragukan keberadaannya sendiri sebagai pemikir. Kesadaran akan keraguannya ini membuktikan bahwa dia pasti ada. Inilah momen “aha!” yang melahirkan Cogito Ergo Sum. Lebih dari sekadar pernyataan keberadaan, Cogito Ergo Sum menjadi landasan bagi epistemologi modern. Descartes menunjukkan bahwa pengetahuan sejati dapat dibangun dari kepastian diri dan kemampuan berpikir rasional.

Pengaruh Cogito Ergo Sum tak berhenti di situ. Ide ini memicu revolusi dalam pemikiran, membuka jalan bagi pendekatan ilmiah yang lebih terstruktur dan pencarian kebenaran yang lebih sistematis. Perkembangan filsafat setelah munculnya pemikiran Descartes didominasi penalaran dalam pergulatan filosofis. Dalam riwayat singkat kehidupan Descartes, ia memiliki pengalaman terkenal yang membawanya pada penemuan akan visi pencarian kepastian yakni melalui mimpi (Sitorus, 2016). Seiring berjalannya waktu, Descartes akhirnya menemukan sebuah kepastian yang bersifat absolut, terkait dengan kepastian yang tidak bisa ditipu, yakni kesadaran bahwa ia sedang berpikir mengenai keberadaannya. Lalu dia merumuskannya dalam sebuah falsafah terkenal dalam bahasa Latin, “Cogito Ergo Sum” yang artinya Aku berpikir, maka Aku Ada. (Descartes, 2008). Dalam bukunya yang berjudul Principle of Philosophy, ia menulis sebagai berikut.

“Mudah bagi kita untuk menganggap Tuhan itu tidak ada dan surga tidak ada, dan bahwa tubuh itu tidak ada, dan bahkan kita sendiri tidak memiliki tangan atau kaki, atau bahwa sama sekali tidak ada tubuh. Tapi kita tidak mungkin menganggap bahwa kita, yang memiliki pikiran-pikiran demikian, tidak ada. Karena itu, butir pengetahuan ini-saya berpikir, oleh karena itu saya ada- adalah yang paling pasti dan yang paling pertama yang diperoleh siapa saja yang berfilsafat dengan cara yang tertib” (Sitorus, 2016).

Cogito Ergo Sum juga memiliki banyak pengaruh, seperti:

  1. Mendorong pemikiran kritis: Cogito menantang kita untuk mempertanyakan asumsi dan mencari bukti yang kuat.
  2. Membangun fondasi ilmu pengetahuan: Cogito menjadi dasar epistemologi modern, menekankan pentingnya penalaran dan bukti.
  3. Memicu eksplorasi filosofis: Cogito membuka gerbang bagi berbagai aliran pemikiran, seperti rasionalisme dan empirisme.

Cogito Ergo Sum lebih dari sekadar kalimat terkenal tetapi sebuah undangan untuk menjelajahi dunia pemikiran. Ini adalah pengingat bahwa kemampuan kita untuk berpikir adalah kunci untuk memahami diri sendiri dan dunia di sekitar kita. Descartes menekankan bahwa “berpikir” dalam Cogito Ergo Sum bukan sekadar aktivitas otak, melainkan tindakan menyadari diri secara penuh. Kesadaran ini menjadi fondasi bagi keberadaan kita sebagai individu yang berpikir. Hanya ketika kita sadar penuh, Cogito Ergo Sum berlaku dan membuktikan keberadaan kita. Dalam keadaan tidak sadar, pernyataan ini kehilangan maknanya. Lebih lanjut, Descartes menjelaskan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi langsung dan kesadaran penuh ini merupakan fondasi bagi pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan ini bersifat apriori, artinya jelas dan tidak memerlukan bukti lain. Dengan kata lain, Cogito Ergo Sum bukan sekadar pernyataan keberadaan, tetapi juga panduan untuk memahami hakikat berpikir, sumber pengetahuan, dan dasar kebenaran.

Oleh: Nadhifah Haliza Salimna

Daftar Pustaka:

Redaksi, P. (2007). Cogito Ergo Sum Descartes.

bin Sa’id, I., & Tjahyadi, S. SAYA MERASA MAKA SAYA ADA Kritik Cogito Ergo Sum

oleh René Descartes.

Nur Faizi. (2023). Metodologi Pemikiran Rene Descartes (Rasionalisme) Dan David Hume

(Empirisme) Dalam Pendidikan Islam. Risalah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam,

9(3), 1007–1020. https://doi.org/10.31943/JURNAL_RISALAH.V9I3.554

Editor : Abd. Hamid

Redaksi

Suara Santri

LAINNYA