Menelaah Catatan Penting Dibalik Peristiwa Isra’ Mi’raj

waktu baca 9 menit
Sabtu, 25 Jan 2025 07:21 0 46 Redaksi

Isra’ Mi’raj adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Peristiwa ini merupakan perjalanan suci Nabi Muhammad SAW ke langit yang dilakukan pada malam yang sangat bersejarah. Isra’ Mi’raj juga menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah.
Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad ini menjadi sangat penting posisinya bagi umat Islam. Sebab, pada peristiwa itulah Nabi mendapatkan perintah salat lima waktu.

Lantas apa itu Isra’ Mi’raj? Apa tujuan dan hikmah di balik peristiwa mulia tersebut? Berikut ulasannya yang dirangkum Suarasantri dari berbagai sumber.

Dikutip dari laman NU Online, Isra’ dan Mi’raj adalah dua kata yang memiliki arti yang berbeda. Kata Isra’ menurut bahasa artinya perjalanan di malam (al-Munawwir: 1984:671). Sementara kata Mi’raj bermakna tangga untuk naik ke atas (al-Munawwir: 1984:981).

Dengan begitu pengertian Isra’ yang dimaksud adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjid al-Aqsha di Palestina. Sementara pengertian kata Mi’raj adalah perjalanan menuju ke Sidrah al-Muntaha, yang merupakan satu tempat di atas langit tertinggi serta bersifat ghaib dan tak terjangkau oleh pikiran manusia.

Isra’ Mi’raj adalah dua perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam satu malam. Dalam perjalanan ini Nabi bersama dengan malaikat Jibril dengan mengendarai buraq.

Isra’ Mi’raj Menurut Al-quran dan Hadis

Mengutip dari laman Muslim.or.id, Kisah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Isra: 1. Allah SWT berfirman:

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Al-Isra` : 1)

Selain itu, juga dalam QS. An-Najm: 1-18 di mana Allah SWT berfirman:
Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm : 1-18)

Adapun rincian kejadian tersebut telah disebutkan dalam banyak hadits shahih dengan berbagai riwayat. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Anas Bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda:

“Didatangkan kepadaku Buraaq – yaitu yaitu hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dia meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya (maksudnya langkahnya sejauh pandangannya). Maka saya pun menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat yang digunakan untuk mengikat tunggangan para Nabi. Kemudian saya masuk ke masjid dan shalat 2 rakaat kemudian keluar. Kemudian datang kepadaku Jibril ‘alaihis salaam dengan membawa bejana berisi khamar dan bejana berisi air susu. Aku memilih bejana yang berisi air susu. Jibril kemudian berkata: “Engkau telah memilih (yang sesuai) fitrah”.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit (pertama) dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan:”Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab: “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Adam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian kami naik ke langit kedua, lalu Jibril ‘alaihis salaam meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):”Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril”. Dikatakan lagi:”Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab: “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kedua) dan saya bertemu dengan Nabi ‘Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariya shallawatullahi ‘alaihimaa, Beliau berdua menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit ketiga dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):”Siapa engkau?” Dia menjawab:”Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:”Muhammad” Dikatakan:”Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:”Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketiga) dan saya bertemu dengan Yusuf ‘alaihis salaam yang beliau telah diberi separuh dari kebagusan (wajah). Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit keempat dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):”Siapa engkau?” Dia menjawab:”Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab: “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit keempat) dan saya bertemu dengan Idris alaihis salaam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah berfirman yang artinya: Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi (Maryam:57).

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit kelima dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):”Siapa engkau?” Dia menjawab:”Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:”Muhammad” Dikatakan:”Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:”Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kelima) dan saya bertemu dengan Harun ‘alaihis salaam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit keenam dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab:”Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:”Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Musa. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit ketujuh dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab, “Muhammad” Dikatakan, “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab, “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketujuh) dan saya bertemu dengan Ibrahim. Beliau sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma’muur. Setiap hari masuk ke Baitul Ma’muur tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi. Kemudian Ibrahim pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha. Ternyata daun-daunnya seperti telinga-telinga gajah dan buahnya seperti tempayan besar. Tatkala dia diliputi oleh perintah Allah, dia pun berubah sehingga tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang sanggup menggambarkan keindahannya.

Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Allah mewajibkan kepadaku 50 shalat sehari semalam. Kemudian saya turun menemui Musa ‘alaihis salam. Lalu dia bertanya: “Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas ummatmu?”. Saya menjawab: “50 shalat”. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Sesungguhnya saya telah menguji dan mencoba Bani Isra’il”. Beliau bersabda: “Maka sayapun kembali kepada Tuhanku seraya berkata: “Wahai Tuhanku, ringankanlah untuk ummatku”. Maka dikurangi dariku 5 shalat. Kemudian saya kembali kepada Musa dan berkata:”Allah mengurangi untukku 5 shalat”. Dia berkata:”Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”. Maka terus menerus saya pulang balik antara Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala dan Musa ‘alaihis salaam, sampai pada akhirnya Allah berfirman:”Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat. Barangsiapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikitpun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis (baginya) satu kejelekan”. Kemudian saya turun sampai saya bertemu dengan Musa’alaihis salaam seraya aku ceritakan hal ini kepadanya. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”, maka saya pun berkata: “Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai saya pun malu kepada-Nya”. (H.R Muslim 162).

Pentingnya Isra’ Mi’raj dalam Islam

Isra’ Mi’raj sendiri bukans sekedar perjalanan wisata biasa bagi Rasulullah. Melainkan merupakan perjalanan suci yang bersejarah bagi seluruh umat Islam.

John Renard dalam buku “In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic Experience,” menyebutkan bahwa Isra’ Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam hidup Rasulullah SAW selain hijrah dan Haji Wada. Menurutnya, ini merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.

Bagi umat Islam, Isra’ Mi’raj ini menjadi puncak perjalanan seorang hamba menuju sang pencipta. Perjalanan ini adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju kesempurnaan ruhani.

Salah satu momen penting dari peristiwa Isra’ Mi’raj, menurut Dr. Jalaluddin Rakhmat adalah ketika Rasul “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibatulillah” (Segala penghormatan, kemuliaan dan keagungan hanyalah milik Allah saja).

Allah SWT pun kemudian membalas, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakaatuh“.

Pengalaman spiritual Rasulullah SAW ini mencerminkan hakikat dari salat yang dijalankan umat Islam sehari-hari. Bagi umat Islam, Salat ini adalah mi’raj-nya orang-orang beriman.

Hikmah dan Pelajaran Penting Isra’ Mi’raj

Perjalanan Isra’ Mi’raj yang luar biasa ini wajib diyakini dan dipelajari. Lantas apa saja hikmah yang bisa diambil dari kejadian suci ini?

Mengutip dari laman UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berikut ini 7 pelajaran penting dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Perjalanan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang dilanjutkan sampai ke langit ketujuh hingga Sidratul Muntaha adalah mukjizat hissiyah atau material (fisikal) yang dapat diterima oleh akal.
Mengimani peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW merupakan bagian dari akidah Islam yang harus diperkuat.
Peristiwa Isra Miraj adalah anugerah Allah Swt. untuk Nabi Muhammad SAW.
Perjalanan Isra’ Mi’raj menunjukkan pemuliaan dan pengagungan Nabi Muhammad Saw., para nabi dan rasul, serta umat Islam yang menerima risalah shalat lima waktu.
Perjalanan Isra ke Masjid Al-Aqsha memberi pesan kepada Bani Israil, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang juga memimpin mereka. Perjalanan Mi’raj ke langit juga menegaskan kedudukan beliau sebagai pembawa risalah terakhir yang akan meninggikan agama Allah dan memuliakannya.
Sebelum mi’raj ke langit, Rasulullah SAW mengimami shalat semua nabi dan rasul. Hal ini menunjukkan bahwa mereka hanya akan mengikuti dan mematuhi risalah Nabi Saw.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj menegaskan tentang keagungan shalat wajib lima waktu yang merupakan rukun Islam.

Pesan dan Makna

Perjalanan Isra’ Mi’raj memiliki beberapa pesan dan makna penting bagi umat Islam, antara lain:

1. Pentingnya shalat lima waktu sehari semalam.
2. Kesatuan dan keseragaman umat Islam.
3. Pentingnya memahami dan menghayati ajaran Islam.
4. Kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan dan tantangan.

Semoga informasi ini dapat membantu umat muslim untuk memahami peristiwa penting dalam sejarah Islam ini. (**)

Redaksi

Suara Santri

LAINNYA